Dalam sepak bola, lini tengah merupakan sentral permainan. Di lini
inilah serangan untuk mengalahkan lawan diracik. Sekaligus juga sebagai
penahan awal gempuran dari lawan. Timnas U-19 bisa sukses berkat lini
tengah yang kreatif dan kokoh.
Evan Dimas yang bertugas sebagai
pengatur serangan, didampingi dua gelandang bertahan, Muhammad Hargianto
dan Zulfiandi. Kedua gelandang jangkar ini memiliki peran yang sedikit
berbeda. Jika Zulfiandi lebih bebas untuk melakukan
dribble pendek, maka Hargianto bertugas untuk menjaga kedalaman.
Hagi,
panggilan akrab Muhammad Hargianto, memiliki kemampuan mengatur tempo
permainan. Dia tahu kapan harus mengalirkan bola dengan cepat maupun
memperlambat tempo. Hagi dibekali umpan pendek yang bagus sekaligus
umpan panjang yang akurat sehingga mendukung kinerjanya untuk mengatur
tempo.
Perannya untuk bermain lebih ke dalam membuat tanggung
jawab besar menjaga keseimbangan lini tengah timnas U-19 berada di
pundaknya. Jika Evan Dimas dan Zulfiandi asyik menyerang, Hagi punya
tugas untuk tetap menjaga daerah. Dia bersama dengan Zulfiandi memang
bertugas untuk menahan serangan lawan sejak di lapangan tengah.
Kemampuan Komplet Seorang Gelandang Sebagai
gelandang jangkar yang bermain lebih ke dalam maka salah satu tugas
utama Hagi adalah menjembatani lini belakang dengan lini tengah. Dialah
yang membuka ruang untuk memudahkan pemain belakang memberi umpan
kepadanya agar diteruskan ke Evan Dimas yang bertugas membagi bola
sekaligus mengatur serangan.
Putra pasangan Sigit Setyawan dan
Sri Arbani Harsanti ini bisa dikatakan memiliki kemampuan yang komplet
untuk seorang gelandang. Dia bisa melepaskan umpan pendek dan panjang
sama baiknya, sesekali melepaskan tendangan jarak jauh yang akurat, bisa
bertahan dengan baik, serta bisa menjadi eksekutor tendangan bebas.
Gol
tendangan bebasnya ke gawang Filipina di Pra Piala Asia U-19 lalu masih
diingat oleh pecinta sepak bola Indonesia. Gol itu punya arti besar
lantaran menjadi pemecah kebuntuan akibat skema bertahan total yang
diterapkan oleh Filipina. Sepakan kaki kanannya yang begitu deras
menghujam sisi kanan gawang Filipina itu gagal ditahan oleh Ronilo
Vallez Bayan meskipun tangan kanannya sempat menyentuh bola.
Pengagum
Paul Scholes ini menapaktilasi sang idola untuk melatih umpan dan
tendangan kerasnya. Semasa masih bermain bersama Manchester United,
Scholes memang dikenal punya umpan terukur sekaligus tendangan jarak
jauh yang mematikan. Untuk bisa mengikuti jejak sang idola, Hagi biasa
menambah jam latihan mengumpannya. Ketika pemain lain istirahat di jam
12, Hagi justru punya sesi khusus latihan mengumpan satu jam.
Ketekunannya
berlatih ini membuahkan hasil nyata. Dalam setiap pertandingan timnas
U-19, biasanya Hagi menjadi pemain kedua setelah Evan Dimas yang paling
banyak melepaskan umpan dan punya akurasi bagus. Misalnya saat
pertandingan melawan Brunei Darussalam di Piala AFF U-19, Hagi
melepaskan 77 umpan berhasil dan 16 gagal dengan tingkat akurasi 82%.
Itu dia peroleh hanya dalam waktu 70 menit bermain (data
@labbola).
Hanya kalah dari Evan Dimas yang bisa melepaskan 87 umpan berhasil dan
delapan gagal dengan akurasi 91%. Evan mencatat torehan itu dalam 90
menit bermain (data
@labbola).
Memang dalam urusan
membongkar pertahanan lawan Hagi kurang berperan besar dibandingkan
dengan Evan Dimas. Tetapi, sebagai gelandang bertahan dia menjalankan
tugas dengan sangat baik. Dia bisa membuat sembilan tekel sukses dalam
satu pertandingan. Pernah saat menghadapi Thailand di ajang Piala AFF
U-19 bulan September lalu dia melakukan
intersept sebanyak enam kali, merupakan yang terbanyak diantara pemain lain.
Untuk
tendangan keras dari luar kotak penalti, salah satu yang mungkin masih
bisa kita ingat adalah tendangan kerasnya di penghujung babak pertama
saat melawan Korea Selatan di PPA U-19. Tendangan keras dari luar kotak
penalti itu sempat membuat suporter timnas berhenti bernapas dan bersiap
meneriakkan teriakan suka cita, sayang sepakan yang sudah tak mampu
dihalau kiper lawan itu menerpa mistar gawang dan memantul menjauhi
gawang.
Memperkuat Mental Bertanding Satu
hal yang mungkin masih menjadi catatan bagi Hagi adalah mental
bertandingnya. Dia bukan tidak memiliki mental yang bagus namun dia
masih suka angin-anginan. Ini wajar dimiliki oleh pemain muda.
Bermain
bagus sepanjang turnamen Piala AFF U-19 lalu, Hagi justru tampil anti
klimaks di partai final melawan Vietnam. Hagi yang bermain tidak tenang
hingga akhirnya memperoleh kartu kuning ditarik keluar oleh Indra
Sjafri. Kala itu keputusan Indra menariknya karena Hagi tidak bermain
bagus dan sikapnya yang mudah melakukan pelanggaran bisa merugikan tim
sendiri.
Hagi sendiri mengakui dirinya masih kerap
angin-anginan. Oleh karenanya dia merasa dukungan keluarga amat penting.
Dia sering meminta keluarganya untuk hadir menyaksikan langsung
pertandingan yang dilakoninya. Keluarganya pun mendukung penuh dirinya
dengan hadir di Sidoarjo bulan September 2013 lalu. Saat PPA U-19 karena
bertanding di Jakarta yang merupakan kota tempat tinggal keluarganya,
setiap pertandingan selalu dihadiri kedua orang tua dan sanak
keluarganya. Hasilnya memang memuaskan, Hagi bermain bagus di tiga laga
timnas U-19.
Tidak Melupakan Sekolah Kedua
orang tuanya sendiri mengizinkan dirinya menekuni karir sebagai
pesepakbola asalkan tetap menuntut ilmu dengan benar. Pemuda yang masih
tercatat sebagai siswa kelas 3 SMA khusus Olahraga Ragunan ini menjawab
kepercayaan orang tuanya dengan serius belajar.
Tidak bisa
menghadiri sekolah, Hagi belajar sendiri dengan komputer jinjing yang
dimilikinya. Dia berkomunikasi dengan gurunya untuk materi belajarnya
serta teman-teman sekelasnya yang kerap memberi materi yang diterima di
sekolah. Mimpinya kelak jika sudah tak bermain sepak bola, dia ingin
mengikuti jejak kedua orang tuanya sebagai guru olahraga.
Sikap
pemuda kelahiran 24 Juli 1996 ini layak ditiru oleh pesepakbola muda
lainnya. Kesibukan menekuni karir sebagai pesepakbola tidak lantas
membuatnya harus meninggalkan sekolah. Latihan dan sekolah bisa berjalan
seiring. Hargianto sendiri kini saat berlibur dari kesibukan timnas
U-19 bersekolah sekaligus berlatih di SMA Ragunan.
Muhammad
Hargianto sudah bergabung bersama timnas U-16 yang melakoni kualifikasi
Piala Asia U-16 tahun 2011 yang berlangsung di Bangkok, Thailand. Dia
membawa timnas meraih kemenangan terbesar di grup G atas Guam dengan
skor 17-0 dan mencetak gol saat timnas kalah 2-5 dari Malaysia. Sayang
kala itu Indonesia gagal lolos lantaran berada di peringkat ketiga di
bawah Thailand dan Australia.
Namun sejak saat itu, Hagi bersama
Evan Dimas menjadi pemain yang tak tergantikan di bawah era Indra
Sjafri. Hargianto tercatat membela timnas di kejuaraan HKFA Youth
Tournament U-17 (2012), HKFA Youth Tournament U-19 (2013), Piala AFF
U-19 dan terakhir menjuarai grup G PPA U-19.
Semoga dengan
ketekunannya untuk terus berlatih dan giat bersekolah, Hagi bisa terus
mengembangkan karir sepak bolanya. Bisa menjadi pesepakbola profesional
yang berlaga di liga top Asia seperti yang dia impikan sekaligus
konsisten berbaju Garuda di dada.
#ELcreator