Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Jumat, 01 November 2013

Hargianto: Penyeimbang Lini Tengah Timnas U-19

Dalam sepak bola, lini tengah merupakan sentral permainan. Di lini inilah serangan untuk mengalahkan lawan diracik. Sekaligus juga sebagai penahan awal gempuran dari lawan. Timnas U-19 bisa sukses berkat lini tengah yang kreatif dan kokoh.

Evan Dimas yang bertugas sebagai pengatur serangan, didampingi dua gelandang bertahan, Muhammad Hargianto dan Zulfiandi. Kedua gelandang jangkar ini memiliki peran yang sedikit berbeda. Jika Zulfiandi lebih bebas untuk melakukan dribble pendek, maka Hargianto bertugas untuk menjaga kedalaman.

Hagi, panggilan akrab Muhammad Hargianto, memiliki kemampuan mengatur tempo permainan. Dia tahu kapan harus mengalirkan bola dengan cepat maupun memperlambat tempo. Hagi dibekali umpan pendek yang bagus sekaligus umpan panjang yang akurat sehingga mendukung kinerjanya untuk mengatur tempo.

Perannya untuk bermain lebih ke dalam membuat tanggung jawab besar menjaga keseimbangan lini tengah timnas U-19 berada di pundaknya. Jika Evan Dimas dan Zulfiandi asyik menyerang, Hagi punya tugas untuk tetap menjaga daerah. Dia bersama dengan Zulfiandi memang bertugas untuk menahan serangan lawan sejak di lapangan tengah.

Kemampuan Komplet Seorang Gelandang


Sebagai gelandang jangkar yang bermain lebih ke dalam maka salah satu tugas utama Hagi adalah menjembatani lini belakang dengan lini tengah. Dialah yang membuka ruang untuk memudahkan pemain belakang memberi umpan kepadanya agar diteruskan ke Evan Dimas yang bertugas membagi bola sekaligus mengatur serangan.

Putra pasangan Sigit Setyawan dan Sri Arbani Harsanti ini bisa dikatakan memiliki kemampuan yang komplet untuk seorang gelandang. Dia bisa melepaskan umpan pendek dan panjang sama baiknya, sesekali melepaskan tendangan jarak jauh yang akurat, bisa bertahan dengan baik, serta bisa menjadi eksekutor tendangan bebas.

Gol tendangan bebasnya ke gawang Filipina di Pra Piala Asia U-19 lalu masih diingat oleh pecinta sepak bola Indonesia. Gol itu punya arti besar lantaran menjadi pemecah kebuntuan akibat skema bertahan total yang diterapkan oleh Filipina. Sepakan kaki kanannya yang begitu deras menghujam sisi kanan gawang Filipina itu gagal ditahan oleh Ronilo Vallez Bayan meskipun tangan kanannya sempat menyentuh bola.

Pengagum Paul Scholes ini menapaktilasi sang idola untuk melatih umpan dan tendangan kerasnya. Semasa masih bermain bersama Manchester United, Scholes memang dikenal punya umpan terukur sekaligus tendangan jarak jauh yang mematikan. Untuk bisa mengikuti jejak sang idola, Hagi biasa menambah jam latihan mengumpannya. Ketika pemain lain istirahat di jam 12, Hagi justru punya sesi khusus latihan mengumpan satu jam.

Ketekunannya berlatih ini membuahkan hasil nyata. Dalam setiap pertandingan timnas U-19, biasanya Hagi menjadi pemain kedua setelah Evan Dimas yang paling banyak melepaskan umpan dan punya akurasi bagus. Misalnya saat pertandingan melawan Brunei Darussalam di Piala AFF U-19, Hagi melepaskan 77 umpan berhasil dan 16 gagal dengan tingkat akurasi 82%. Itu dia peroleh hanya dalam waktu 70 menit bermain (data @labbola). Hanya kalah dari Evan Dimas yang bisa melepaskan 87 umpan berhasil dan delapan gagal dengan akurasi 91%. Evan mencatat torehan itu dalam 90 menit bermain (data @labbola).

Memang dalam urusan membongkar pertahanan lawan Hagi kurang berperan besar dibandingkan dengan Evan Dimas. Tetapi, sebagai gelandang bertahan dia menjalankan tugas dengan sangat baik. Dia bisa membuat sembilan tekel sukses dalam satu pertandingan. Pernah saat menghadapi Thailand di ajang Piala AFF U-19 bulan September lalu dia melakukan intersept sebanyak enam kali, merupakan yang terbanyak diantara pemain lain.

Untuk tendangan keras dari luar kotak penalti, salah satu yang mungkin masih bisa kita ingat adalah tendangan kerasnya di penghujung babak pertama saat melawan Korea Selatan di PPA U-19. Tendangan keras dari luar kotak penalti itu sempat membuat suporter timnas berhenti bernapas dan bersiap meneriakkan teriakan suka cita, sayang sepakan yang sudah tak mampu dihalau kiper lawan itu menerpa mistar gawang dan memantul menjauhi gawang.

Memperkuat Mental Bertanding

Satu hal yang mungkin masih menjadi catatan bagi Hagi adalah mental bertandingnya. Dia bukan tidak memiliki mental yang bagus namun dia masih suka angin-anginan. Ini wajar dimiliki oleh pemain muda.

Bermain bagus sepanjang turnamen Piala AFF U-19 lalu, Hagi justru tampil anti klimaks di partai final melawan Vietnam. Hagi yang bermain tidak tenang hingga akhirnya memperoleh kartu kuning ditarik keluar oleh Indra Sjafri. Kala itu keputusan Indra menariknya karena Hagi tidak bermain bagus dan sikapnya yang mudah melakukan pelanggaran bisa merugikan tim sendiri.

Hagi sendiri mengakui dirinya masih kerap angin-anginan. Oleh karenanya dia merasa dukungan keluarga amat penting. Dia sering meminta keluarganya untuk hadir menyaksikan langsung pertandingan yang dilakoninya. Keluarganya pun mendukung penuh dirinya dengan hadir di Sidoarjo bulan September 2013 lalu. Saat PPA U-19 karena bertanding di Jakarta yang merupakan kota tempat tinggal keluarganya, setiap pertandingan selalu dihadiri kedua orang tua dan sanak keluarganya. Hasilnya memang memuaskan, Hagi bermain bagus di tiga laga timnas U-19.

Tidak Melupakan Sekolah

Kedua orang tuanya sendiri mengizinkan dirinya menekuni karir sebagai pesepakbola asalkan tetap menuntut ilmu dengan benar. Pemuda yang masih tercatat sebagai siswa kelas 3 SMA khusus Olahraga Ragunan ini menjawab kepercayaan orang tuanya dengan serius belajar.

Tidak bisa menghadiri sekolah, Hagi belajar sendiri dengan komputer jinjing yang dimilikinya. Dia berkomunikasi dengan gurunya untuk materi belajarnya serta teman-teman sekelasnya yang kerap memberi materi yang diterima di sekolah. Mimpinya kelak jika sudah tak bermain sepak bola, dia ingin mengikuti jejak kedua orang tuanya sebagai guru olahraga.

Sikap pemuda kelahiran 24 Juli 1996 ini layak ditiru oleh pesepakbola muda lainnya. Kesibukan menekuni karir sebagai pesepakbola tidak lantas membuatnya harus meninggalkan sekolah. Latihan dan sekolah bisa berjalan seiring. Hargianto sendiri kini saat berlibur dari kesibukan timnas U-19 bersekolah sekaligus berlatih di SMA Ragunan.

Muhammad Hargianto sudah bergabung bersama timnas U-16 yang melakoni kualifikasi Piala Asia U-16 tahun 2011 yang berlangsung di Bangkok, Thailand. Dia membawa timnas meraih kemenangan terbesar di grup G atas Guam dengan skor 17-0 dan mencetak gol saat timnas kalah 2-5 dari Malaysia. Sayang kala itu Indonesia gagal lolos lantaran berada di peringkat ketiga di bawah Thailand dan Australia.

Namun sejak saat itu, Hagi bersama Evan Dimas menjadi pemain yang tak tergantikan di bawah era Indra Sjafri. Hargianto tercatat membela timnas di kejuaraan HKFA Youth Tournament U-17 (2012), HKFA Youth Tournament U-19 (2013), Piala AFF U-19 dan terakhir menjuarai grup G PPA U-19.

Semoga dengan ketekunannya untuk terus berlatih dan giat bersekolah, Hagi bisa terus mengembangkan karir sepak bolanya. Bisa menjadi pesepakbola profesional yang berlaga di liga top Asia seperti yang dia impikan sekaligus konsisten berbaju Garuda di dada.
#ELcreator

Tidak ada komentar: